Twitter

About Me

Archive for 2013

Pentingnya K3

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibanyak perusahaan di Indonesia masih dilihat sebelah mata. Banyak perusahaan yang menganggap masalah K3 adalah masalah ringan yang tidak perlu fokus untuk menerapkan manajemen K3 secara khusus.

Indonesia hingga saat ini masih memiliki tingkat keselamatan kerja yang ren¬dah jika dibandingkan de¬ngan negara-negara maju yang telah sadar betapa penting regulasi dan peraturan tentang K3 ini untuk diterapkan (selengkapnya mengenai angka kecelakaan kerja di Indonesia, klik disini). Kesadaran akan hal ini masih sangat rendah baik itu mulai dari pekerja hingga perusahaan atau pemilik usaha. Regulasi ini sangat pen¬ting untuk dilaksanakan dan di¬pa¬tu¬hi dalam dunia kerja karena dapat men¬da¬tangkan manfaat yang positif untuk me¬ningkatkan produktivitas pekerja dan mampu meningkatkan probality usia ker¬ja karyawan dari suatu perusahaan men¬jadi lebih panjang.



Sejauh ini, kalaupun ada perusahaan yang menerapkan regulasi K3 biasa bu¬kan karena dorongan kesadaran sendiri, ta¬pi lebih dikarenakan adanya tuntutan da¬ri buyers atau para pembeli, terutama ketika perusahaan tersebut melakukan pe¬masaran ekspor atas hasil barang pro¬duksinya ke pasar international se¬per¬ti ke Eropa dan negara-negara ma¬ju lainnya. Ini menunjukkan komitmen terhadap safety atau keselamatan yang masih sangat kurang, mengenai komitmen safety selengkapnya klik disini dan disini. Selain itu biaya dalam me¬ne¬rap¬kan regulasi ini juga masih di¬per¬so¬al¬kan, baik itu mulai dari biaya pem¬be¬lian safety accessories peralatan itu sen¬diri maupun biaya maintenance atau biaya perawatannya.

Contoh saja, untuk perusahaan yang me¬ngoperasikan mesin-mesin berat yang mengeluarkan suara bising yang da¬pat menimbulkan hazard (bahaya) terhadap kerusakan telinga, harus me¬nge¬luarkan biaya uang kurang lebih se¬kitar enam ratus ribu rupiah untuk mem¬beli peralatan penutup telinga un¬tuk per unit-nya. Tentunya bagi pe¬ru¬sahaan yang hanya memikirkan ke¬un¬tungan sesaat, maka hal ini akan di¬ang¬gap sebagai biaya tambahan yang lu¬ma¬yan relatif besar yang riskan untuk me¬ngurangi pendapatan perusahaan. Padahal K3 justru menguntungkan dilihat dari sisi ekonomi, selengkapnya disini, disini, disini, dan disini.

Di Indonesia sangat jarang men¬de¬ngar demonstrasi yang menuntut akan per¬baikan prosedure tentang K3. Yang se¬ring dengar adalah biasanya para bu¬ruh atau karyawan atau pekerja selalu me¬nuntut untuk perbaikan nilai gaji atau salary yang didapatkan. Kondisi ini menunjukan bahwa masyarakat ki¬ta cenderung mengabaikan tentang pen¬ting¬nya regulasi ini. Kita juga sering li¬hat banyak pekerja secara individual (bu¬kan yang terikat dengan perusahaan) dengan pekerjaan yang memiliki tingkat ke¬celakaan yang tinggi namun hanya men¬ggunakan peralatan yang sederhana. Hal ini tentunya tidak sebanding dengan pro¬babilitas tingkat resiko kecelakaan yang dihadapi.

Pemerintah sebenarnya telah me¬nge¬luarkan aturan yang cukup tegas dan cukup jelas tentang regulasi keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di tanah air. Namun entah me¬ngapa dalam pelaksanaannya masih ca¬rut marut tidak jelas. Sejauh ini, mung¬kin industri-industri atau perusahaan-perusahaan yang te¬lah go-international terutama di bidang mi¬gas yang mayoritas telah menerapakan dengan cu¬kup baik aturan ini, selebihnya susah un¬tuk dilakukan pengontrolan. Apakah pe¬nyebabnya? Mengapa komitmen safety kurang? Apakah karena kultur ma¬syarakat kita sudah sedemikian la¬lai dan tidak terlalu memperdulikan ten¬tang prosedur ini hingga mungkin nya¬wa pekerja memiliki resiko besar untuk hi¬lang dengan mudah di tempat kerja!

Sudah saatnya aturan K3 diterapkan de¬ngan baik untuk meminimalisir ke¬mung¬kinan-kemungkinan buruk yang ti¬dak dapat diprediksi. Mungkin jika ki¬ta menanyakan kepada para pekerja ten¬tang K3, maka sebagian besar pasti men¬jawab hanya pada tingkat yang abu-abu atau tidak begitu memahami dan menyadari arti pentingnya K3 itu sendiri. K3 adalah salah satu jenis hak pekerja agar dapat bekerja dengan baik dengan tetap mengedepankan ke¬se¬la¬ma¬tan.

Mengingat begitu pentingnya K3 se¬harusnya tidak terpinggirkan oleh hak-hal strategis pekerja lainnya seperti nilai gaji yang layak, dan hak-hak lainnya. Yang terpenting adalah pekerja disini ada¬lah objek dan sekaligus sebagai sub¬jek dari regulai K3 itu sendiri, sehingga ji¬ka K3 dilaksanakan dengan baik maka pekerja itu sendiri akan menerima efek positifnya dan begitu juga untuk ke¬a¬daan sebaliknya.

Penerapan regulasi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi ju¬ga tanggung jawab semua elemen yang terlibat di dalamnya seperti pihak pe¬rusahaan atau wirausaha, pekerja, dan ma¬syarakat secara keseluruhan.

Ingat! International labour Organi¬za¬tion (ILO) memperkirakan di seluruh dunia ada 6000 pekerja ke¬hi¬langan nyawa setiap hari akibat ke¬ce¬la¬kaan, luka-luka, dan penyakit akibat re¬siko ker¬ja. Selain itu setiap tahun 270 ju¬ta pekerja menderita luka parah dan 160 juta lainnya mengalami penyakit jang¬ka panjang ataupun pendek terkait dengan pekerjaan mereka. Banyak pe¬ru¬sahaan tidak menyediakan alat ke¬se¬¬la¬matan dan pengaman untuk pe¬¬ker¬¬¬ja¬nya. dan banyak pengusaha ju¬ga me¬ngabaikan K3 karena enggan me¬nge¬luarkan biaya tambahan. Hukum sudah dengan ketat mengaturnya cu¬ma implementasi di la¬pa¬ngan tidak se¬mudah itu. Sekarang se¬mua harus me¬¬nya¬dari bahwa K3 sangat pen¬ting ar¬¬ti¬nya untuk diiplementasikan dengan nya¬¬ta di lapangan demi pe¬ru¬sa¬ha¬an mau¬pun pekerja sendiri.

Sumber: http://mcmedia.co.id/index.php/19-berita-corporate/37-pentingnya-k3-bagi-karyawan-perusahaan





Description: http://ekoshp.com/wp-content/uploads/2010/08/pengelasan.jpg

SAMBUNGAN LAS
Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.

Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:

o Las Resistansi Listrik (Tahanan)

Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.

Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat tipis yang biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :

Ø  Las Titik (Spot Welding)

Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik. Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.

Ø  Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)

Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi titik, tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda yang dapat berputar sesuai dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki

o Las Busur Listrik

Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-3000º C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
            Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron dan non ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan elektroda dalam kelompok mild steel (baja lunak).

o Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen

Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas C2 H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan atau hidrogen.
Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.
 
o Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan secara manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya. Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali habis (non consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan logam yang dilas.


o Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung kawat elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.
Jenis-jenis Sambungan Las
Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.16.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUjRuiQ7J5Pv-bX6wuKl30dPixDh44g-GTcR8alFObcULrrw7J-gAaCmwLFUZx5VPOGqAa00YT6qjE0wwd807NrT_ZcUVUsK53dbXhkRrYjTSSwts3EZ7mn2hFDA8w4VP_MaXDVkPH/s400/Gambar+1.JPG

1) Sambungan Sebidang
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.


2) Sambungan Lewatan

Sambungan lewatan pada Gambar 6.17 merupakan jenis yang paling umum. Sambungan ini mempunyai dua keuntungan utama:

− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali setelah dilas.
− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat yang tebalnya berlainan.

3) Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak lurus seperti pada Gambar 6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las tumpul.

4) Sambungan Sudut
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang besar.

5) Sambungan Sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.
Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural dengan lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap persoal.
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
 a    Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
b    Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c    Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
 d    Dengan   las  berat   sambungan   hanya   berkisar   1   1,5%   dari  berat konstruksi, sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 4% dari berat konstruksi.
e    Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
f    Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.

Kerugian Sambungan Las

a.        Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik   bahkan   membahayakan   dan   dapat   berakibat   fatal.   Salah   satu sambungan  las  cacat  lambat  laun  akan  merembet  rusaknya  sambungan yang  lain  dan  akhirnya   bangunan   dapat  runtuh   yang  menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b.  Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)
1         Pengertian
Sambungan  ulir  adalah  sambungan  yang  menggunakan  kontruksi  ulir untuk   mengikat   dua   atau   lebih   komponen   permesinan.   Sambungan   Ulir merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang memiliki ulir di bagian dalam).
2         Fungsi Sambungan Ulir

Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang)
sambungan ulir memiliki fungsi teknis utama, yaitu :
¾   Digunakanu   untuk   bagian   mesin   yang   memerlukan   sambungan   dan pelepasan tanpa merusak bagian mesin perawatan. ¾   Untuk memegang dan penyesuaian dalam perakitan atau
3         Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir

Ditinjau   dari   sisi   teknik   sambungan   ulir   memiliki   keuntungan   dan kerugian sebagai berikut :
Keuntungan Sambungan Ulir
1         Mempunyai  reliabilitas (kehandalan)  tinggi  dalam operasi.

2         Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.

3         Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi operasi.
4         Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.

Kerugian Sambungan Ulir

1             Konsentrasi  tegangan  yang pada bagian ulir yg tidak mampu menahan berbagai kondisi beban.

Nomenklatur Ulir

Gambar 2.12 Nomenklatur ulir
Keterangan :


      Major diameter

Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup. Sekrup dispesifikasikan oleh diameter ini, juga disebut diameter luar atau diameter nominal.

      Minor diameter

Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai core atau diameter root


      Pitch diameter

Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut dan mur.

      Pitch

Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak yang ditempuh ulir dalam satu kali putaran.

Bentuk Ulir

a.         British standard whitworth (BSW) threat
Mata Ulir berbentu segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi, aero dan automobile
b.        British Association (BA) threat
Mata  Ulir berbentuk  segitiga  dengan  puncak  tumpul   Aplikasi  : Untuk mengulir pekerjaan yang presisi.
c.         Square threat
Mata  Ulir  berbentuk  Segiempat.  Aplikasi  :  power  transmisi,  machine tools, valves, screw jacks.
d.        Acme threat
Mata  Ulir  berbentuk  Trapesium  Aplikasi  :  cutting  lathe,  brass  valves, bench vices
e.         Knuckle threatMata Ulir berbentu Bulat.
Aplikasi  :  digunakan  untuk  tugas  berat,  railway  carriage  couplings, hydrant,  dll,
f.         Buttress threat
Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan  daya pada satu arah, bench vices.
g.        Metric threat
Aplikasi : general purpose

Tipe Umum Penyambungan Ulir

Bentuk Kepala Sekrup/Baut
Gambar 2.14 Model kepala paku keling

Tegangan yang terjadi pada Baut/Sekrup

¾   Tegangan yg terjadi akibat beban statis

1         Tegangan dalam akibat gaya pengencangan.

2         Tegangan akibat gaya luar

3         Kombinasi gaya (1) dan (2)




¾   Tegangan internal akibat gaya pengencangan
1
Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.

2
Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama pengencangan.
3
Tegangan geser pada ulir.
4
Tegangan tekan pada ulir.
5
Tegangan   tekuk,   jika   permukaan   dibawah   kepala   baut/screw
tidak

dalam posisi sempurna thd sumbu baut.


Jenis Ulir
Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi tiga, persegi, trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi gergaji, pada umumnya dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir bulat dipakai untuk menghindari kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang paling banyak dipakai adalah ulir segitiga.
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch, dan menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :

1.seri ulir kasar metris
2.seri ulir kasar UNG
3.seri ulir lembut simetris
4.seri ulir lembut UNF
kelas Ulir
Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana tebal profil dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan diameter inti. Untuk ulir dalam, ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:

Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan 1A, untuk ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan dalam standar amerika adalah 3A atau 3B .
Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan,
Misalnya ulir dalam dari
Lubang yang panjang

Bahan ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti diperlihatkan dalam Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sbb : angka sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik adalah 1/10 (σγ/σB ) Untuk mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.

Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.

Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi enam , dan kepala persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut penjepit , baut untuk pemakaian khusus , sekrup mesin sekrup penetap , dan mur, seperti diuraikan dibawah ini :
Baut penjepit gambar 1.6 , dapat berbentuk :
a.Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan diketatkan dengan sebua mur
b.Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada salah satu bagian .
c.baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk dapat menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang berulir, dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

Penunjukan ulir

Beberapa sifat ulir harus diperinci pada ujung garis penunjuk, yang berpangkal pada diameter luar, sesuai susunan di bawah ini:
Contoh penunjukan ulir :







Sumber: Google

Use time in the best possible